Judul: Ogomadara Kanojo
Penulis: Zephyr
Penerbit: PING
Cetakan pertama: 2016
Jumlah halaman: 200
ISBN: 978-602-391-164-6
***
“Jika kau berhasil menemukan hoshizuna, keberuntungan akan segera datang kepadamu.”
“Jadi, keberuntungan apa yang akan kau dapat setelah ini?”
Gadis itu berdiri kaku, merasa begitu bodoh karena kesulitan menjawab pertanyaan sederhana itu. Tenggorokannya tercekat, jemarinya terkepal erat saat menyadari betapa selama ini hanya sedikit sesuatu yang bisa membuatnya tersenyum. Matanya mengerjap, kenangannya seketika terbang bersama kepakan sayap ogomadara yang baru saja hinggap di bahunya.
“Kau suka ogomadara?”
Jantung sang gadis berdenyut begitu dalam saat pertanyaan itu tiba-tiba meluncur dari bibir pria di sampingnya—pertanyaan yang bukan kali pertama ia dengar. Rekaman memori dalam benaknya seakan diputar kembali hingga membuatnya sedikit gemetar, karena yang ia lihat saat ini bukanlah ayahnya.
***
Apakah Ogomadara? Menurut cerita dalam novel ini, ogomadara adalah spesies kupu-kupu beracun berwarna hitam dan putih. Semasa menjadi ulat, hewan ini memakan houraikagami—jenis rumput beracun. Racun bernama danaidone ini tersimpan dalam tubuh ogomadara hingga ia menjadi kupu-kupu.
Chouko, tokoh utama dalam novel ini, tak menyukai ogomadara. Padahal ayahnya senang sekali menyamakannya dengan kupu-kupu ini. “Karena ogomadara adalah kupu-kupu tercantik di pulau kita!’
Chouko memiliki dua orang saudara, yaitu Hayato dan Masaru. Mereka adalah pendatang di Kota Chiba. Telah terjadi sesuatu pada keluarga Chouko sehingga mereka pindah dari Pulau Taketomi. Di kota itu, Hayato bekerja untuk menghidupi mereka bertiga.
Karena kasihan, Chouko juga membantu kakaknya dengan menjadi pelayan di kafe milik sepupu Yoshida Shiki, teman satu-satunya di SMA. Adapun Shiki adalah anak seorang konglomerat, tetapi tak terlalu menonjol. Bertemu dengan Chouko semacam takdir. Meskipun gadis itu berkarakter dingin dan sulit didekati, Shiki pantang menyerah.
Dalam novel ini, kita akan disuguhi perjalanan hidup Chouko dan kedua saudaranya. Anak SMA itu harus belajar mandiri supaya bisa bertahan hidup. Di sisi lain, ada karakter Shiki yang memiliki segalanya sekaligus merasa kosong karena dianggap invisible oleh teman-temannya.
Tema besar cerita ini sebenarnya sederhana, yaitu bagaimana dua karakter bertemu dan saling melengkapi. Kemudian, terciptalah reaksi yang wajar terjadi dan alamiah.
Konflik yang cukup sempurna membuat novel ini terasa hidup. Chouko, Hayato, dan Shiki memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Pengalaman inilah yang menentukan sikap mereka selanjutnya. Apa yang sebenarnya terjadi pada keuarga Chouko akhirnya terbongkar pada halaman-halaman selanjutnya. Di sini, kita menyadari betapa wajar sikap gadis itu setelah peristiwa yang terjadi.
Membaca novel ini membuat kita larut dalam situasi yang diciptakan penulis. Karakter para tokoh dibuat sedemikian rupa supaya tak terkesan dibuat-buat. Konfliknya menyatu dan saling berkaitan.
Selain itu, kita juga bisa mempelajari beberapa istilah-istilah sederhana dalam bahasa Jepang. Istilah ini dilengkapi dengan penjelasan yang lengkap sehingga pembaca memahami maksudnya.
Novel ini menurut saya cukup lengkap secara struktur. Alurnya pun tak membosankan karena disusun maju mundur. Para tokohnya memesona dengan caranya masing-masing.
Kita disuguhi oleh perjuangan berat seorang gadis muda untuk membuat keluarganya yang tersisa tetap utuh. Sembari menyembuhkan diri dari kesalahan masa lalu, masa depan harus dijalani. Chouko menunjukkan kepada pembaca bahwa bangkit dari kesalahan serta tak menyimpan penyesalan yang mendalam adalah kunci untuk maju.
Bagi yang suka hal-hal berbaju Jepang, novel ini juga patut dikoleksi. Pemaparan setting-nya sangat mendukung dan menolong kita sebagai pembaca untuk membayangkan di mana peristiwa itu terjadi. Meskipun tidak terlalu kental, aroma Jepang tetap terasa.
Hal itu juga diperkuat oleh cover buku yang sangat Jepang. Kita jadi ingat komik-komik romantis Jepang, tetapi ini versi novel. Jadi, bagi penggemar komik, Ogomadara Kanojo ini bisa dicoba.